Keberhasilan kecerdasan buatan (AI)

Perkembangan Kecerdasan Buatan (AI)

Seiring berjalannya waktu, perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin pesat. Pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai maupun destruktif; penyelesaian masalah energi dalam produksi minyak serta perolehan bahan mentah untuk mensintesis material baru - semuanya merupakan penemuan yang telah mengubah kehidupan manusia.

Kecerdasan buatan adalah sistem komputer yang merepresentasikan pikiran dan tindakan manusia di dalam komputer. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1956 di Universitas Dartmouth oleh seorang bernama John McCarthy. Sejak saat itu, jumlah peneliti dan orang yang tertarik pada bidang ini terus meningkat setiap harinya. Menurut pandangan John, kecerdasan buatan dapat diwujudkan dalam dua arah. Pertama, mempertimbangkan tindakan intelektual manusia (seperti pemecahan masalah dan teorema); kedua, mempertimbangkan tindakan sadar manusia.

Saat ini, kecerdasan buatan sudah digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah terapan yang relevan: sistem pakar membantu menghasilkan solusi yang efektif di tempat yang kekurangan tenaga ahli (seperti pembelajaran jarak jauh, diagnosis medis awal, dan lain-lain).

Perangkat otonom meneliti lingkungan yang berbahaya tanpa membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia (ruang angkasa, kedalaman laut, wilayah kebakaran, atau area yang terkontaminasi radioaktif, dan sebagainya).

Teknologi seperti Watson dari IBM dan DeepMind Health dari Google berperan besar dalam mempermudah pekerjaan dokter, bahkan mampu mendeteksi tumor di organ dalam yang sulit dilihat oleh mata manusia. Di Jepang, karena jumlah dokter hanya meningkat sekitar 2,7% setiap tahun, kebutuhan akan tenaga medis masih menjadi isu penting. Negara Matahari Terbit tersebut berencana untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam bidang kedokteran, dan untuk itu pemerintah mengalokasikan dana sebesar 100 juta dolar AS dari anggaran negara.